A. Pengantar
Keluarga adalah fondasi utama dalam perkembangan anak. Dalam konteks ini, struktur dan dinamika keluarga sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, tidak semua anak beruntung tumbuh dalam lingkungan keluarga yang utuh dan harmonis. Fenomena "broken home" yang merujuk pada keluarga yang tidak utuh, sering kali terjadi akibat perceraian, perpisahan, atau bahkan kematian orang tua. Kondisi ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan psikologis anak, yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi akademik mereka. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 1,5 juta anak di Indonesia mengalami perceraian orang tua setiap tahunnya. Dampak dari kondisi ini dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan anak, terutama dalam konteks pendidikan.
Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home sering mengalami gangguan psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi. Penelitian oleh Mardiana (2022) menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh. Kecemasan ini dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi belajar anak, yang pada akhirnya berdampak negatif pada pencapaian akademik mereka. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana dinamika keluarga dan kondisi psikologis anak berkontribusi terhadap prestasi akademik mereka.
B. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk karakter dan pola pikir anak. Dalam keluarga broken home, anak sering kali mengalami ketidakstabilan emosional yang dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia luar, termasuk di sekolah. Menurut penelitian oleh Rahmawati (2021), anak-anak dari keluarga yang tidak utuh cenderung merasa kurang mendapatkan dukungan emosional, yang berujung pada rendahnya rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang rendah ini dapat menghambat partisipasi mereka dalam kegiatan belajar di kelas, sehingga mengurangi kesempatan untuk mencapai prestasi akademik yang baik.
Perubahan besar dalam hidup anak-anak dari keluarga broken home, seperti pindah rumah atau sekolah, dapat menambah tekanan psikologis yang mereka hadapi. Sebuah studi oleh Ningsih (2020) menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami perpindahan tempat tinggal akibat perceraian orang tua mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Adaptasi yang sulit ini sering kali membuat mereka merasa terasing dan tidak memiliki tempat yang aman untuk belajar dan tumbuh. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan anak-anak merasa tidak nyaman dan tidak fokus saat belajar, yang pada akhirnya mengganggu proses pendidikan mereka.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan kurangnya perhatian dari orang tua, yang sering kali terfokus pada masalah pribadi mereka pasca-perpisahan. Penelitian oleh Hidayah (2023) mengungkapkan bahwa anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan dari orang tua cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah. Tanpa dukungan yang memadai, mereka tidak mendapatkan bantuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas sekolah atau menghadapi tantangan akademik. Hal ini dapat menyebabkan penurunan motivasi dan hasil belajar yang signifikan.
C. Dampak Psikologis terhadap Kinerja Akademik
Dampak psikologis dari kondisi broken home dapat terlihat jelas dalam kinerja akademik anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami stres emosional akibat perceraian orang tua cenderung memiliki nilai yang lebih rendah di sekolah. Sebuah studi oleh Sugiharto (2021) menemukan bahwa sekitar 60% anak dari keluarga broken home mengalami penurunan nilai rata-rata di sekolah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi psikologis yang tidak stabil dapat menghambat kemampuan belajar anak. Misalnya, seorang siswa bernama Andi, yang mengalami perceraian orang tuanya di usia 10 tahun. Setelah perceraian, Andi menunjukkan penurunan drastis dalam prestasi akademiknya. Ia menjadi lebih pendiam dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Menurut guru Andi, ia sering terlihat cemas dan sulit berkonsentrasi saat belajar. Kasus ini mencerminkan bagaimana dampak psikologis dari broken home dapat memengaruhi kinerja akademik anak secara signifikan.
Kecemasan dan depresi yang dialami anak-anak ini sering kali mengganggu konsentrasi mereka saat belajar. Dalam penelitian oleh Pramudito (2022), ditemukan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan psikologis cenderung kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Mereka juga lebih mungkin untuk mengalami masalah dalam berinteraksi dengan teman sekelas, yang dapat mengurangi kesempatan mereka untuk belajar secara kolaboratif. Interaksi sosial yang positif di sekolah sangat penting untuk perkembangan akademik, dan jika anak merasa terasing, mereka akan kehilangan kesempatan berharga untuk belajar dari teman-teman mereka.
D. Upaya Penanganan dan Dukungan
Menghadapi tantangan yang dihadapi anak-anak dari keluarga broken home, penting untuk melakukan upaya penanganan dan dukungan yang tepat. Sekolah dapat berperan penting dalam memberikan dukungan emosional dan akademik kepada anak-anak ini. Program konseling di sekolah dapat membantu anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka dan mengatasi masalah yang mereka hadapi. Penelitian oleh Lestari (2022) menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan dukungan konseling di sekolah menunjukkan peningkatan dalam prestasi akademik dan kesejahteraan emosional. Dengan adanya konseling, anak-anak dapat berbagi pengalaman mereka dan mendapatkan strategi untuk mengatasi perasaan negatif yang mereka alami.
Selain itu, peran orang tua tetap sangat penting meskipun mereka tidak lagi bersama. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat membantu anak merasa lebih aman dan didukung. Sebuah studi oleh Suryani (2023) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan yang baik dengan salah satu orang tua mereka setelah perceraian cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan emosional dari orang tua dapat mengurangi dampak negatif dari broken home. Orang tua yang tetap terlibat dalam kehidupan anak, meskipun tidak tinggal bersama, dapat memberikan rasa stabilitas yang sangat dibutuhkan oleh anak.
Komunitas juga dapat berkontribusi dalam memberikan dukungan kepada anak-anak dari keluarga broken home. Program-program yang melibatkan kegiatan sosial dan pendidikan dapat membantu anak-anak merasa lebih terhubung dengan lingkungan sekitar mereka. Menurut penelitian oleh Wibowo (2021), anak-anak yang terlibat dalam kegiatan komunitas menunjukkan peningkatan dalam rasa percaya diri dan prestasi akademik. Oleh karena itu, kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas sangat penting untuk mendukung anak-anak dalam mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Misalnya, program mentoring di mana anak-anak dari keluarga broken home dipasangkan dengan mentor yang dapat memberikan dukungan emosional dan akademik dapat sangat bermanfaat.
E. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan di atas, jelas bahwa dampak psikologis anak broken home terhadap prestasi akademik merupakan isu yang kompleks dan memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Anak-anak dari keluarga yang tidak utuh sering mengalami kesulitan emosional yang dapat menghambat proses belajar mereka. Dukungan dari orang tua, sekolah, dan komunitas sangat penting untuk membantu anak-anak ini mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Dengan upaya yang tepat, diharapkan anak-anak dari keluarga broken home dapat mencapai potensi akademik mereka dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental dan emosional. Keterlibatan aktif dari semua pihak akan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak untuk berkembang meskipun dalam kondisi yang sulit. Penanganan yang holistik dan berkelanjutan akan memberikan harapan baru bagi anak-anak ini untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Referensi
Hidayah, N. (2023). Dampak Psikologis Keluarga Broken Home terhadap Prestasi Belajar Anak. Jurnal Psikologi Pendidikan, 12(1), 45-60.
Lestari, R. (2022). Peran Konseling dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Anak Broken Home. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 10(2), 78-89.
Mardiana, S. (2022). Kecemasan Anak dalam Keluarga Broken Home dan Dampaknya terhadap Proses Belajar. Jurnal Psikologi Anak, 8(3), 112-125.
Ningsih, D. (2020). Adaptasi Anak dalam Perpindahan Lingkungan Akibat Perceraian. Jurnal Sosiologi Keluarga, 5(2), 34-47.
Pramudito, A. (2022). Gangguan Psikologis dan Kinerja Akademik Anak. Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 11(4), 56-70.
Rahmawati, I. (2021). Dukungan Emosional Keluarga dan Prestasi Belajar Anak. Jurnal Pendidikan Keluarga, 9(1), 22-33.
Sari, L. (2020). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Akademik Anak. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 7(2), 90-105.
Sugiharto, M. (2021). Dampak Keluarga Broken Home terhadap Nilai Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 11(1), 15-30.
Suryani, T. (2023). Hubungan Orang Tua dan Prestasi Akademik Anak Pasca Perceraian. Jurnal Psikologi Keluarga, 6(1), 50-65.
Wibowo, E. (2021). Peran Kegiatan Komunitas dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Anak. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 19-30.
0 comments:
Posting Komentar